REKOR MURI : PRESTASI DUNIA UNTUK BALIA


Serambi Indonesia / 24 Januari 2010, 12:04

Senior Manager Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Paulus Pangka SH, menyerahkan penghargaan rekor MURI, kepada Muda Balia, Jumat (22/1), di Gedung MURI, Jalan Perintis Kemerdekaan No 275, Semarang. Penghargaan tersebut diraih Muda Balia atas keberhasilannya dalam Meuhaba (seni teater tutur) pada acara 26 Jam Hikayat Tsunami, di lokasi Kapal Apung, Punge Blangcut, Banda Aceh, pada 26 Desember 2009.SERAMBI/DOK

Ini memang terobosan sejarah. Baru kali ini, atau paling tidak dalam satu decade belakangan ini, kesenian Aceh berada di puncak suatu rekor.

IMPIAN Muda Balia, sang trubadur asal Bakongan, Aceh Selatan, itu menjadi pemangku rekor bergengsi di level dunia berbasis nasional, dengan meraih Piagam MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) pada acara 26 Jam Hikayat Tsunami di lokasi Kapal Apung, Punge Blang Cut, Banda Aceh, pada 26 Januari 2009. Yakni sebagai penampilan hikayat yang terlama hingga mencapai 26 jam. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Detik bersejarah bagi Aceh itu, terjadi Jumat 22 Januari lalu. Muda Balia pria yang hanya “pernah” bersekolah tingkat SD itu, meraih penghormatan berkaliber dunia tersebut di gedung Museum Rekor Dunia Indonesia, Jalan Perintis Kemerdekaan No 275, Semarang. Muda tercatat sebagai penerima penghargaan MURI dengan nomor urut ke 4085.

“Bagaikan sebuah mimpi indah. Tiba-tiba datang menjadi kenyataan di hadapan kita,” ujar T Kamal Sulaiman, Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) kepada Serambi, sejenak setelah upacara penyerahan piagam itu usai. Rasa haru yang mendalam menyergap dalam rongga dada. Begitu dilukiskan oleh Kamal yang memang hadir bersama-sama Zoelfikar Sawang, Ketua Dewan Kesenian Banda Aceh (DKB). Mereka hadir tak semata-mata mendampingi Muda Balia, tapi juga menerima penghargaan sebagai penggagas atau pemrakarsa 26 Jam Hikayat Tsunami.

Muda Balia sendiri, seperti dilukiskan T Afifuddin Ketua Panitia 26 Jam Hikayat Tsunami, yang turut hadir, tak kuasa menahan harunya. Dia tak bersuara apapun waktu itu. Matanya berkaca-kaca. Perjalanan hidup berkesenian yang telah dijalani dengan segala suka dukanya, hari itu telah mengantarkan dia ke suatu episode baru. Yaitu menggapai puncak kebahagiaan yang tiada taranya, hingga ia pun sangat berterima kasih kepada Gubernur dan Wagub Aceh yang banyak membantu.

Balia telah mempersembahkan kebanggaan bukan hanya bagi dirinya. Tetapi juga bagi seluruh warga budaya Aceh di manapun berada. Itu pula yang dikemukakan oleh Paulus Pangka SH, Senior Manager MURI bahwa rekor MURI yang diraih Muda Balia adalah juga milik warga Aceh.  Betapa, kesenian Aceh itu memiliki daya tarik dan power yang tinggi. Karenanya, tambah Paulus, Aceh hendaknya dapat mengembangkan kemampuan itu sehingga meraih rekor dunia. Bahkan menurutnya, rekor yang diciptakan oleh Muda Balia itu, belum pernah ada sebelumnya. “Di dunia pun Belum ada pembaca hikayat tradisi begitu yang bisa mencapai 26 jam. Karena itu prestasi Balia bisa disebut juga sebagai prestasi dunia,” ujar Paulus.

Ia menambahkan bahwa meskipun kita berbeda-beda, tapi dengan budaya kita menjadi satu di dalamnya. Budaya tidak melihat latar belakang, baik agama, individu, dan yang bersangkutan, tapi menjadi kesatuan yang utuh. Itulah seni budaya. MURI memberikan penghargaan ini dalam kriteria superlative.

Karuan saja, T Kamal Sulaiman yang Ketua DKA itu berulang kali menyampaikan terima kasih dan penghargaannya kepada masyarakat Aceh. Terutama kepada Gubernur Irwandi Yusuf dan Wagub Muhammad Nazar selaku kepala Pemerintah Aceh. Terimakasih juga kepada Bapak Wali Kota Mawardi Murdin selaku Pemerintah Kota Banda Aceh yang telah mendukung prakarsa besar itu sejak awal. “Saya Sangat terharu dengan respon yang telah diberikan, sehingga impian telah menjadi kenyataan,” ujar Kamal.

Sejalan pula dengan itu, Zoelfikar Sawang SH, Ketua DKB, melihat peristiwa peraihan rekor MURI itu sebagai momentum bagi semua pihak di Aceh untuk lebih peduli kepada seni tradisi. Zoelfikar meyakini, bila semua pihak memberi dukungan masíh banyak jenis kesenian tradisi Aceh yang bisa diangkat ke puncak. Ia pun tak lupa mengucap terimakasih atas berbagai dukungan yang telah diberikan, sehingga prestasi itu berhasil diraih dengan gemilang.

Setelah meraih rekor tersebut, apa lagi rencana untuk Balia? Menurut Afifuddin, yang jelas pulang ke Aceh. Tapi sebelumnya, kemungkinan besar Balia akan tampil di Jakarta. Banyak pihak yang telah mendengar prestasi Balia berkeinginan menyaksikan penampilan Balia.  Tapi rencana ke depan, tambah Afifuddin, DKA akan memrogramkan pelatihan-pelatihan tambahan untuk Balia. Yakni untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi Balia dalam dunia hikayat. Seperti dikemukakan T Kamal, bahwa kesenian hikayat semodel tampilan Muda Balia itu, kini sudah sangat langka. Sudah sedikit sekali warga Aceh yang memiliki kemampuan bersyair spontan seperti itu, apa lagi untuk dikemas sebagai sebuah tontonan untuk masa kini. “Ini pekerjaan besar yang memerlukan dukungan banyak pihak,” ujarnya.

(nani.hs)

 

Sumber : https://aliansisastrawanaceh.wordpress.com/2010/01/29/rekor-muri-prestasi-dunia-untuk-balia/

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *