Gelek Gelombang, Seni Suku Kluet yang Terlupakan


Thowil Fikri, Mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, Melaporkan dari Paya Dapur, Aceh Selatan

Suku Kluet merupakan salah satu suku yang ada di Aceh Selatan. Seperti suku-suku daerah lainnya, Kluet juga kaya akan seni budaya.  Salah satu seni yang berasal dari suku Kluet adalah Gelek Gelombang. Asal pertama seni ini adalah dari Desa Alai, Kecamatan Kluet Timur. Gelek Gelombang merupakan gambaran dari seni bela diri dari suku Kluet yang sudah ada sejak tahun 1970-an dengan penciptanya adalah almarhum Hasan Basri, kakek saya sendiri dan diturunkan ke ayah saya pembudidaya Gelek Gelombang  masih bertahan sampai sekarang ini.

Gelek merupakan “penggerakan yang dirubah” dalam artian gerakan yang dirubah. Ada kadang – kadang maju, mundur, ke kiri, ke kanan dan itu namanya Gelek artinya perubahan gerakan. Sedangkan gelombang itu adalah “bentuk gaya atau gerakan dari gelek tersebut” dalam artian seperti gelombang di lautan ada kalanya rendah dan tinggi. Seiring berjalannya waktu, Gelek Gelombang dijadikan masyarakat Kluet lebih tepatnya masyarakat Desa Alai sebagai selingan acara adat yang ada di Desa Alai, Kluet Timur seperti acara khitanan anak, pernikahan dan penyambutan kunjungan orang luar seperti bupati, gubernur dan orang – oang ternama lainnya. Gelek Gelombang sendiri jenis kegiatan yang dilakukan berkelompok dan dipimpin oleh satu orang dengan diawasi oleh pembina atau pelatih.

Untuk mengundang anggota dari Gelek Gelombang ke acara adat atau acara lainnya tidak boleh sembarangan, harus mengikuti adat – istiadat kampung tersebut. Misalkan ada seorang pemilik acara khitanan anaknya berkeinginan untuk mendatangkan anggota Gelek Gelombang ke acara tersebut harus melalui perizinan dari kepala desa tempat acara itu berlangsung.    Adapun cara mengundang anggota Gelek Gelombang, dimana pemilik acara yang sudah mendapat izin dari kepala desa menyerahkan sebuah wadah kecil atau dalam bahasa Kluet batee yang disebut  pinang ceranoe kepada pengurus atau pelatih Gelek Gelombang. Di dalam pinang ceranoe berisi sirih, kapur, gander dan segala bahan untuk makan sirih dalam adat Kluet. Makna dari penyerahan pinang ceranoe ini adalah sebagai bentuk harapan pemilik acara atas  kedatangan anggota Gelek Gelombang untuk memeriahkan acara tersebut. Baru kemudian pelatih menyampaikan kepada anggota Gelek Gelombang lainnya bahwa sudah mendapatkan undangan dan segera latihan  untuk tampil maksimal di waktu acara tersebut. Pinang ceranoe ini nanti akan dikembalikan lagi kepada pemilik acara, bahwa persembahan atau penampilan dari Gelek Gelombang sudah selesai. Kalau untuk acara penyambutan orang – orang dari luar seperti Bupati,Gubernur dan lainnya, penampilan Gelek Gelombang langsung diminta oleh Geucik atau kepala desa tempat berlangsunya acara tersebut kepada pengurus dan menyerahkan pinang ceranoe.

Gerakan Gelek Gelombang ini hampir mirip dengan gerakan bela diri seperti silat dan lainnya. Jadi, tidak heran jika Gelek Gelombang  ini disebut gambaran dari seni bela diri dari suku Kluet lebih tepatnya dari daerah Kecamatan Kluet Timur, Desa Alai.  Anggota Gelek Gelombang menggunakan baju khusus atau baju persatuan terus dipimpin oleh seorang dengan suara yang keras dan lantang dari barisan dan ada 9 gerakan dalam Gelek Gelombang yakni sebagai berikut.Pertama, gerakan penghormatan, ketika pemimpin berkata “siap mulai” langsung dimulai dengan gerakan awal dan pemimpin berteriak “sembahan, hooop” maka dilakukan gerakan penghormatan. Sebuah gerakan khusus di Gelek Gelombang sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah atau pemilik acara serta kepada msyarakat yang ikut menonton.

Kedua, gerakan tepak yaitu dimana pemimpin berkata “tepak,hooop” maka yang dilakukan adalah gerakan sepakan ditempat yang mengarah ke depan sambil berteriak “haaaa” dengan keras. Lalu dilanjutkan lagi oleh pemimpin berteriak “hooop” dan anggota melakukan gerakan tepak yang sama dengan maju satu langkah ke depan.

Ketiga, ,gerakan siku yaitu ketika pemimpin berkata “siku,hooop” maka gerakannya adalah penyerangan dengan siku ke arah depan sambil maju satu langkah dengan berteriak “huuuu” dengan keras dan langsung disambut lagi sama pemimpin yang berteriak “hoop” dan anggota melakukan gerakan siku lagi.

Keempat,  gerakan siku metingkat, gerakan sama seperti gerakan siku, ketika pempimpin berkata “siku metingkat,hooop” maka dilakukan gerakan yang sama seperti siku. Namun  di sini gerakannya berkelanjutan dengan maju ke depan sampai 3 kali tanpa ada teriakan “hooop” lagi dari pemimpin.

Kelima, gerakan bungong, yaitu gerakan yang dilakukan setelah pemimpin berteriak “bungong, hooop” maka langsung anggota melakukan gerakan ditempat menepuk kedua paha dengan kedua tangan yang mengikuti teriakan “ha,hahahaaaa”. Lalu dilanjutkan dengan arahan pemimpin yang berkata “maju” dan anggota maju ke depan dengan gerakan khusus. Setelah  itu,  pemimpin berteriak lagi “hooop” dan anggota melakukan gerakan bungong yang sama.

Keenam, gerakan bungong metingkat,yaitu gerakan yang sama seperti bungong tetapi disini ketika pemimpin berkata “bungong metingkat,hooop”. Lalu anggota menepuk kedua paha dengan kedua tangan sambil berteriak “haaaa” yaitu tepukan satu kali dengan maju kedepan dan langsung disambut oleh pemimpin yang berteriak “hooop” sampai berkelanjutan tiga kali.

Ketujuh, gerakan jaroe, yaitu ketika pemimpin berteriak “jaroe, hooop”, anggota melakukan tepuk tangan ditempat  yang beirama sebanyak empat kali mengarah ke depan. Lalu dilanjutkan teriakan pemimpin “hooop”, anggota melakukan gerakan yang sama sambil maju ke depan.

Kedelapan, gerakan jaroe metingkat adalah gerakan yang sama seperti gerakan jaroe,ketika pemimpin berteriak “jaroe metingkat,hooop”. Setelah itu anggota melakukan gerakan tepuk tangan sekali mengarah kedepan sambil maju satu langkah dan langsung disambut oleh teriakan pemimpin”hooop”. Lalu  anggota melakukan gerakan yang sama sampai berkelanjutan tiga kali.

Terakhir, gerakan penghormatan terakhir untuk pemilik acara yaitu gerakan yang dilakukan setelah pelatih atau pengurus meletakan “Batee Pinang Ceranoe” di depan pemimpin.  Setelah itu pemimpin beteriak “sembahan,hooop” maka semua anggota melakukan gerakan penghormatan terakhir seperti penghormatan diawal kepada pemilik acara serta kepada masyarakat yang menonton. Gerakan ini juga sebagai tanda telah berakhirnya kegiatan Gelek Gelombang dan anggota langsung diarahkan ke tempat acara utuk dijamu makan.

Gelek Gelombang tidak akan berakhir sampai pinang ceranoe sudah diletakan didepan pemimpin. Gerakan Gelek Gelombang dilakukan secara beurutan dari yang pertama sampai yang kedelapan, sedangkan gerakan yang kesembilan gerakan yang dilakukan setelah “Batee Pinang Ceranoe” sudah diletakan di depan pemimpin oleh pelatih.  Saya juga termasuk mantan anggota Gelek Gelombang sekaligus generasi penerus dari suku Kluet. Jadi saya benar – benar merasakan bagaimana susah dan senangnya selama menjadi anggota Gelek Gelombang. Saya berharap seni suku Kluet Aceh ini mendapat lebih banyak perhatian pemerintah setempat. Tidak hanya dari suku Kluet ini, tetapi juga seni budaya dari seluruh daerah di Aceh.

 

Sumber : https://stkip.bbg.ac.id/bbg-news/gelek-gelombang-seni-suku-kluet-yang-terlupakan.html

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *