Hasan Tiro dalam bukunya “Atjeh bak mata Donja” ia menyebutkan bahwa, Pada tahun 1629 Dalam Hikayat Malem Dagang, Portugis nekat memerangi 14 kali tanpa kemenangan pada sebuah negara yang besar dan berkuasa di dunia pada masa itu. Negara besar tersebut mempunyai luas kekuasaan melebihi setengah dari pulau Sumatera dan kekuasaan nya melampaui sunda dan negara Malaysia saat ini.
Hal ini dikuatkan dengan pendapat Banyak tokoh Perancis dan salah satunya tertulis di dalam kitab raja, “Larouse Grand Dictionaire Universelle” yang menyebutkan kekuasaan Aceh tidak sebatas yang telah penulis sebutkan diatas. Namun Aceh merupakan sebuah negara yang paling besar se-asia timur pada Abad ke-16 sebelum terbentuknya Asia tenggara saat ini.
Dan negara tersebut mempunyai armada perang yang sangat di segani seluruh dunia, dengan Ribuan armada Kapal laut, meriam besar artileri canggih, pasukan berkuda dan gajah yang berlapisi emas, pasukan gerilya yang anti peluru, warga sipil pemuda dan pemudi, serta kekuatan ilmu dalam.
Selain itu, negara ini juga sebagai bangsa yang kaya dikenal sebagai pemasok bahan baku rempah-rempah, emas, sutra, logam, berlian, gas, dan permata serta pusat industri senjata militer seluruh dunia berbelanja dinegara ini yang dikenal dengan sebutan Atjeh, yang saat ini bernama Nanggroe Aceh Darussalam.
Negara Aceh ini merupakan sebuah pusat perdagangan yang sangat aman didunia dari ancaman negara-negara yang tidak mematuhi aturan, seperti Portugis yang harus menarik mundur pasukannya dari Aceh dengan penyesalan seumur hidup karna telah melakukan perperangan yang tidak seimbang.
Setelah portugis mundur, negara belanda yang telah berkuasa di beberapa pulau di negara indonesia saat ini, telah nekat untuk menguasai Aceh dengan pimpinan nya, Jendral Kohler.
Bertepatan pada tanggal 5 April 1873 belanda mendaratkan armada perangnya di kuala Aceh merupakan pusat pelabuhan internasional dikala itu, namun sayang nya Jendral Kohler tewas di bawah pohon beringin didepan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, yang saat ini makamnya berada di belakang Musium Tsunami Aceh dengan lambang ular menggigit ekornya sendiri pada makamnya yang bermakna kebodohan Jendral Kohler yang mempunyai nafsu besar untuk menguasai negara yang kuat yaitu Aceh.
Kegagalan belanda untuk menguasai Aceh tersebar pada editorial seluruh dunia seperti The London Times milik Inggris 22 April 1873, The Newyork Times milik Amerika pada Sabtu, 3 Mei 1873,
Konon, Portugis dan Belanda berkeinginan menguasai Aceh dikarnakan ingin menghancurkan pusat perdagangan rempah-rempah Aceh agar negara tersebut bisa memonopoli rempah-rempah didunia. Berbagai strategipun mereka terapkan namun berakhir dengan sia-sia.
Aceh dikenal dengan pelabuhannya yang mempunyai laut dengan ombak besar pada musim hujan, sehingga berkali-kali membuat belanda gagal mendarat ke pelabuhan Aceh.
Salah satu pelabuhan Internasional yg populer di Aceh masa itu terletak di Trumon, Aceh Selatan.
Trumon merupakan sebuah kerajaan tua dengan bukti peninggalan sebuah benteng yang berdiri kokoh hingga saat ini.
Kerajaan Trumon, Aceh Selatan masa kerajaannya sangatlah makmur dengan kekayaan alam, diantaranya: lada, merica, sarang burung, karet yang kualitasnya sangat bagus didunia sekitar pada abad ke-19, sehingga bangsa-bangsa eropa pada masa itu tergoda untuk menjajah tanah Aceh selatan.
Kemudian Terjadilah pertumpahan darah antara masyarakat Aceh Selatan dengan bangsa penjajah dimulai dari masa portugis, belanda hingga Jepang. Dan saat ini benteng Jepang masih terdapat bukti peninggalannya di Tapaktuan.
Aceh selatan terletak ditengah-tengah perjalanan jalur rempah-rempah Internasional kala itu. Dimana pedagang-pedagang Australia yang hendak menuju ke Banda Aceh akan terlebih dahulu berbelanja di Aceh Selatan untuk di perdagangkan di Banda Aceh dan demikian pula sebaliknya kapal-kapal yang hendak menuju ke benua Australia.
Hal ini dikuatkan peta yang digambar dengan tangan oleh Kapten Laut asal Australia-Irlandia, Samuel Ashmore, ini merupakan salah satu peta Maritim terpenting dari 1821.
Aceh Selatan merupakan daerah yang dikenal dengan gunung Leuser dan kekayaan alam bawah tanahnya sehingga masa itu pegunungan Aceh Selatan menjadi rahasia umum bagi setiap negara dunia termasuk Amerika dimana diriwiyatkan Amerika ingin menguasai daerah Aceh selatan dan ingin balas dendam karna puluhan Armada lautnya ditenggelamkan oleh pasukan gerilya Aceh Selatan.
Hingga berita ini pun tersebar keseluruh penjuru dunia dan memancing untuk mencoba menguasai aceh selatan sehingga tercetuslah sebuah perdamaian tersembunyi untuk menjaga kekayaan alam Aceh Selatan dengan menetapkan pegunungan Aceh Selatan sebagai paru-paru dunia.
Namun, belanda tidak mau diam, dikarnakan Daerah trumon dan Kluet raya sangat susah untuk dikuasai, dikarnakan masyarakat nya sangat terkenal kedekatannya dengan agama islam, dan kekuatan pertahanannya dari pejuang-pejuang seperti raja angkasah, tengku cut Ali, Raja Lelo, dan Rajo-rajo maka belanda mencoba menguasai pelabuhan aceh selatan yang terletak di Labuhan haji.
Masa itu, yang hendak berpergian ke haji harus melalui pelabuhan besar ini yang hingga saat ini pelabuhan ini tetap digunakan oleh para nelayan.
Tak hanya sampai disana, para pedagang China juga menyusuri kekayaan Aceh Selatan untuk berdagang, terutama di kawasan kerajaan Kluet. Masa itu para pedagang membawa dagangannya melalui sungai Kluet hingga menuju pelabuhan Kuala bau. Kehadiran etnis china ini disambut baik oleh kerajaan Kluet sehingga hubungan antara kerajaan Kluet tetap terjaga berabad-abad lamanya dan dibuktikan dengan berdirinya mesjid tua di desa puloe kambing dengan beberapa corak ukiran arsitektur China.
Di pegunungan Kluet bertepatan di pegunungan sekorong banyak ditemukan sisa-sisa piring, kendi-kendi yang dilaporkan oleh para petani sebelum konflik aceh terjadi yang berasal dari negara timur.
Makam-makam tua orang timur banyak ditemukan disini salah satunya di kuala bau.
Diriwiyatkan juga utusan turki utsmani pernah menetap daerah blang pidie yang dulunya bagian dari Aceh Selatan. Karna perang, salah satu anak dari utusan ini diutus ke Gayo lues saat ini, dan ia terus berpindah-pindah karna penyerangan sehingga ia menetap mendirikan sebuah desa yang bernama berandang. Diriwiyatkan keturunan desa berandang ini merupakan berasal dari timur yang salah satu namanya dikenal dengan Nyak Malem.
Hubungan Perdagangan rempah-rempah Berjalan dengan lancar, para petani yang berasal dari gayo banyak menjual dagangan nya ke Aceh Selatan dengan menyusuri pegunungan dan sungai Kluet.
Sepanjang masa Aceh selatan dijadikan pusat perperangan hingga abad modern karna lokasi pegunungan nya yang sangat mendukung bagi gerilyawan hingga masa konflik antara Aceh dan RI. Maka tidak heran pembangunan daerah ini sempat terhambat dibandingkan daerah-daerah lain.
Pasca konflik ribuan pucuk senjata aceh dipotong dengan mesin oleh pasukan perdamaian australia, dan kemudian daerah ini dibantu oleh lembaga internasional untuk bertani rempah-rempah yaitu pala.
Sumber : https://rameune.com/identifikasi-jalur-rempah-di-aceh-selatan/