Ini Alasan Kenapa Aceh Selatan Tidak Terkena Tsunami 2004


Tsunami 2004 silam meninggalkan luka yang amat dalam bagi masyarakat Aceh. Lebih 200 ribu orang meninggal dunia akibat gempa yang mencapai 9,3 SR dan kemudian disusul oleh tsunami dengan tinggi gelombang hingga 30 meter.

Tentunya muncul kengerian di dalam hati saat mengingat kembali kejadian yang maha dahsyat itu. Aku memang tidak merasakan tsunami saat itu, karena aku tinggal di Aceh Selatan, namun ketika melihat berita di televisi akibat yang ditimbulkan tsunami, nafsu makanku tiba-tiba saja hilang.

Memang usiaku baru 12 tahun, aku tidak mengerti penyebab tsunami yang mulanya diawali dengan gempa hebat. Terdengar kabar bahwa kabupaten tetanggaku yaitu Aceh Barat luluh lantak karena tsunami.

Jarak Aceh Barat dengan Aceh Selatan hanya 198,8 km dengan jarak tempuh kurang lebih 4 jam perjalanan darat. Jika dipikir-pikir jaraknya cukup dekat, bila dibandingkan dengan kekuatan tsunami yang sampai ke daerah Sri Langka, India, dan Thailand, tentu Aceh Selatan juga tersapu habis oleh gelombang tsunami.

Apalagi Aceh Selatan itu memang daerah pesisir dan sangat dekat dengan laut, tapi alhamdulillah daerahku diselamatkan dari gelombang dahsyat itu.

Tersiar kabar di masyarakat saat itu bahwa ada seorang saksi mata yang melihat sosok manusia berjubah putih, besar, dan tinggi, di lokasi tongkat Tuan Tapa. Beliau mengadahkan tangan untuk berdoa sesaat setelah gempa, sehingga Aceh Selatan pun diselamatkan dari gelombang tsunami.

Masyarakat di Aceh Selatan mempercayai bahwa sosok tersebut adalah Tuan Tapa dan sebagian lagi mempercayai bahwa itu adalah ulama, karena Aceh Selatan dikenal sebagai daerah yang keramat dan banyak ulama besar yang tinggal di sini.

Terlepas dari itu, fakta ilmiah harus dibuktikan karena sebagai masyarakat beragama Islam kita tidak boleh mempercayai sepenuhnya yang berbau mistik seperti itu. Apalagi sampai takabur bahwa Aceh Selatan tidak akan terkena tsunami, karena ada Tuan Tapa dan ulama yang melindunginya. Nauzubillahiminzalik jika pemikiran ini terus dipercayai.

Ini Fakta Ilmiahnya

Sejak lama aku sudah mulai mempertanyakan hal ini, tentang kenapa Aceh Selatan tidak terkena tsunami Aceh 2004, hingga akhirnya aku bertemu dengan Dr. Eng. Hamzah Latief. Dia seorang dosen program studi Oceanografi, Departemen Geofisika, dan Meteorologi ITB yang mengetahui banyak tentang tsunami dan gempa.

Aku menanyakan tentang alasan kenapa di Aceh Selatan, khususnya Tapaktuan tidak terjadi tsunami Aceh 2004, padahal kota ini dekat dengan laut.

 

Menurutnya pusat gempa hebat itu berada di dasar laut, dekat Pulau Simeulue, sekitar 20-25 km lepas pantai. “Saat tsunami Aceh 2004 Aceh Selatan tertahan oleh Pulau Simeulu yang posisinya berhadapan langsung dengan Aceh Selatan. Sehingga air yang sampai ke Aceh Selatan pun hanya rembesannya saja.” Kata ahli tsunami dari ITB tersebut.

Hal yang sama juga dibenarkan oleh Dr. Didik Sugiyanto, MT, pakar kebencanaan Aceh. Bahwasanya Aceh Selatan terselamatkan oleh Pulau Simeulu karena arus yang dilewati gelombang tsunami tergantung batimetrinya.

Batrimetri ialah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai Samudra atau danau.

Karena batrimatri Aceh Selatan ada Pulau Siemeulue, maka Aceh Selatan jadi benteng dan pelindung bagi Aceh Selatan. Itulah alasan kenapa Aceh Selatan tidak terkena Tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu.

Penjelasan tentang pusat gempa oleh Dr. Didik
berdasarkan sumber dari Prof. Hamzah Latief

 

Saat aku bertanya kepada dua orang ahli tsunami tersebut apakah kemungkinan Aceh Selatan berpotensi terkena tsunami? Tentu jawab kedua orang tersebut, karena jika sumber gempanya berada di tempat lain, Aceh Selatan juga bisa terkena tsunami apalagi daerah ini sangat dekat dengan pantai.

Mendengar penjelasan mereka memberikan pencerahan bagiku bahwa bukan karena kotaku yang keramat terhindar dari bencana besar pada abad ini, tapi karena posisi gempanya yang tidak berhadapan langsung dengan pusat gempa.

Dikarenakan tsunami ini merupakn siklus, ada kemungkinan suatu saat nanti tsunami bisa meluluhlantakkan pantai di bagian selatan Aceh ini. Hal ini juga dibenarkan oleh Dr. Hamzah Lathief pada tahun 1863 wilyah Aceh Selatan mempunyai riwayat mengalami tsunami.

Jika dilihat tata kelola kota di Aceh Selatan, pemerintahnya khususnya didaerah Tapaktuan yang merupakan ibu kota Aceh Selatan, terus melakukan perluasan kota dengan cara reklamasi pantai.

Reklamasi adalah suatu kegiatan atau proses memperbaaiki daerah atau areal yang tidak berguna menjadi daerah yang dapat dimanfatkan untuk berbagai keperluan manusia seperti pelabuhan, bandara, kawasan perindustrian, pemukiman, sarana sosial, rekreasi, dan sebagainya.
Tentunya setelah reklamasi akan banyak orang yang menempati daerah ini dan dijadikan sebagai pusat aktivitas di Kota Tapktuan. Bisa dibayangkan bagaimana nanti jika tusnami melanda kota ini, tentu akan banyak korban jiwa yang berjatuhan.

 

Hendaknya pemerintah setempat mengetahui tentang risiko bencana sebelum dilakukannya reklamasi pantai, karena ini bisa menjadi ancaman besar buat kita di masa yang akan datang.
Semoga pemerintah Aceh Selatan terbuka matanya terhadap apa yang telah dilakukannnya, karena jika relakmasi pantai terus dilakukan berarti sama saja kita menunggu datangnya bencana.

Sumber : http://www.yellsaints.com

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *